Waspada Gigitan Ular Pada Anak

Sebagian besar korban gigitan ular pada adalah anak laki laki usia remaja sering kali pada saat tidur, sedang melakukan aktivitas berkebun atau sedang menangkap ikan di sungai , bahkan sedang bermain dengan ular . waktu gigitan biasanya terjadi pada malam hari .dan gigitan lebih sering terjadi pada ekstremitas.

ETIOLOGI

Terdapat 20 jenis ular berbisa yang dilaporkan setiap tahunya di indonesia . Ular berbisa sebagian besar berasal dari 3 jenis keluarga ular, yaitu Hydropidae (ular laut) . Elapidoe (Seperti ular cobra) dan viperidae. (Crotalidae) kasus gigitan ular berbisa 95% disebabkan oleh gigitan ular dari family Crotalidae. disebut juga viperidae atau pit vipers. Karena kepala berbentuk triangular, pupil matanya elips, serta terdapat lubang antara hidung dan mata. beberapa spesies lain yang sering ditemukan, antara lain cryptelytraps ( trimeresurus) albolabris,bungarus candidus, spitting cobras (naja sumatrana dan naja sputatrix), Collaselasma rhodastoma (jawa), Dabola siamenesis (jawa, Komodo, Lombok, Dan flores), Serta Acanthophis spp (papua barat).

Bisa ular dikelompokan menjadi 5 yaitu :

  1. Hematotosi : Ditandai dengan gangguan koagulasi darah yang akan menyebabkan pendarahan, baik eksternal maupun internal. Hemolisis ekstravaskulator yang hebat akan menyebabkan pendarahan hingga pasien tamapk ikterik
  2. Neurotoksik : Blok sinaptik pada neuromuscular junction dengan menghambat asetikoloin atau menyebabkan hambatan past reseptor, ditandai kelumpuhan otot lurik dan dapat diatasi dengan pemberian neotigmin.
  3. Kardiotoksisitas : Berupa miokarditis akut dan disiritmia .
  4. Nefrotoksisitas : Hemoglubinuria, mioglobinuria, oligouria atau anuria .hemataturia, dan gejala gagal ginjal akut
  5. Toksik lokal : Berupa nekrosis inflamasi lokal yang berat.

Diagnosis ( Anamesis dan pemeriksaan Fiksis )

Pada setiap Kasus yang dilaporkan sebagai gigitan ular harus dipastikan apakah gigitan ular tersebut disebabkan oleh ular berbisa , Diagnosis definitif gigitan ular berbisa ditegakan berdasarkan atas identifikasi ular yang menggigit dan manifestasi klinis, baik lokal maupun sistematis. Ular yang menggigit sebaiknya di bawa dalam keadaan hidup atau mati,baik sebagian atau seluruh tubuh ular. Hal tersebut dapat ditentukan antara lain dari bekas luka gigitan yang terjadi. jika identifikasi sulit ditentukan, gejala dan tanda akibat gigitan bisa ular menjadi dasar untuk menegakan diagnosi. Gejala klinis akan timbul berdasar atas jenis bisa ular dan organ yang terkena .

Tata laksana Terapi yang harus dilakukan setela di gigit ular .

Terapi yang dilakukan terbagi menjadi tata lakasana di tempat gigitan dan di rumah sakit. Tata laksana di tempat gigitan termasuk mengurangi atau mencegah penyebaran racun dengan cara menekan tempat gigitan dan imobilisasi ekstremitas, kemudian segera ditransfer ke rumah sakit terdekat, tidak boleh melakukan penekanan luka dengan torniquette .

Di rumah sakit di diagnosis harus ditegakan dan segera pasien di pasang dua jalur i.v untuk memasukan cairan infus dan jalur yang lain disiapkan untuk keadaan darurat, Segera dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti darah perifer lengkap, PT , APTT, Fibrinogen elektrolit, urinalisis dan kadar ureum serta kreatinin darah.

Pasien diberikan suntikan toksoid tetanus dan dipertimbangkan pemberian serum anti bisa ular. Kadang perlu dilakukan eksisi dan penghisapan bisa pada saat luka dibersihkan. saat ini masih diperdebatkan tentang tindakan operasi (fasciotomy) pada pasien yang terkena gigitan ular berbisa . fasciotomy dilakukan bila ada edema yang makin luas dan terjadi compartment syndrome .

Serum anti bisa ular (SABU) atau biosafe yang diproduksi oleh biofarma memiliki antivenom trivalen yang berasal dari bisa nija sputatrix, Bungarus fasciatus dan calloselasma rhadostoma. Sebelum dilakukan pemberian antivenom perlu dilakukan uji sensitivitas ( Skin test ) terlebih dahulu untuk melihat reaksi alergi , Reaksi akut berupa reaksi bilafilatik dapat terjadi pada 20-25% pasien . bahkan dapat terjadi kematian karena hipotensi dan bronkospasme. Reaksi tipe sickness. seperti demam, ruam, yang difus, urtikaria, artlalgia, hematuria, dan dapat bertahan, dalam beberapa hari. Reaksi yang paling sering adalah urtkaria. namun efek samping yang serius jarang terjadi. pemberian bisa ular harus dilakukan di rumah sakit yang tersedia alat alat resutitasi. Dosis sabu diberikan berdasar atas manestasi klinis yang muncul dan derajat gigitan ular.

X